Privilege Creep: Pelanggaran Akses yang Mengancam Data

11 March 2025 Muhammad Iqbal Iskandar

Privilege Creep: Pelanggaran Akses yang Mengancam Data

Seiring dengan maraknya berbagai ancaman siber yang terus berkembang, keamanan data kini menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan. Setiap perusahaan harus berusaha untuk mengamankan data mereka, sebagai aset paling berharga untuk keberlangsungan bisnis. Di antara berbagai ancaman siber yang ada, salah satu ancaman yang kerap terabaikan adalah privilege creep. Ancaman ini merupakan jenis ancaman siber yang terkait dengan kontrol akses yang terus bertambah dan tersebar ke pihak-pihak yang tidak seharusnya memiliki akses tersebut. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi bom waktu bagi keamanan data perusahaan.

Ancaman siber ini merupakan sebuah proses yang terjadi secara perlahan ketika pengguna atau akun di dalam sebuah sistem jaringan secara tidak disengaja mendapatkan akses yang lebih besar dari yang seharusnya dimiliki. Mulai dari akses folder hingga tanpa disadari aksesnya meningkat menjadi sistem dan data-data sensitif yang tidak berhak untuk diakses oleh mereka. Kondisi ini kerap disebabkan oleh perubahan karyawan, proyek-proyek temporal, dan yang terpenting adalah kelalaian dalam manajemen akses. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk bisa mengelola akses dengan benar untuk mencegah ancaman ini. Artikel ini akan membahas privilege creep dan mengapa privilege creep menimbulkan risiko keamanan yang besar. Simak artikel ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!

Apa itu Privilege Creep?

Privilege creep adalah akumulasi hak akses secara bertahap yang tidak perlu atau berlebihan dari yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengguna atau akun dalam sebuah sistem jaringan. Istilah lain untuk jenis ancaman ini antara lain adalah privilege accumulation atau access creep.

Contoh kasusnya dapat terjadi jika seorang karyawan baru diberikan hak akses yang sesuai dengan jabatan awalnya, misalnya akses aplikasi dan data operasional harian. Seiring dengan berjalannya waktu, karyawan ini naik jabatan, dipindah ke departemen lain, atau terlibat di proyek khusus. Perpindahan peran dan tanggung jawab ini akan memunculkan hak akses baru untuk mendukung pekerjaannya. Masalah akan muncul ketika hak akses lama dari karyawan tersebut tidak dicabut atau dievaluasi kembali. Hal ini dapat menyebabkan karyawan tersebut secara bertahap mengumpulkan hak akses yang semakin banyak dan meliputi data dan sistem yang tidak relevan dengan pekerjaannya saat itu.

Risiko utama dari privilege creep khususnya dalam cybersecurity adalah ancaman dari dalam perusahaan atau insider threat. Karyawan yang memiliki akses berlebihan dapat berpotensi menyalahgunakan hak akses tersebut untuk hal-hal yang merugikan perusahaan.

Apa Penyebab Privilege Creep?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab utama dari privilege accumulation adalah kurangnya kebijakan akses yang terdokumentasi dan konsisten. Pemberian hak akses secara ad hoc dan tidak terukur dapat membuka peluang terjadinya privilege accumulation.

Pergantian peran dan tanggung jawab di kalangan karyawan juga merupakan pemicu utama dari ancaman siber ini. Hak akses lama yang sudah tidak relevan dan tidak dievaluasi bisa menjadi berbahaya jika dimiliki oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Proses offboarding yang tidak efektif juga dapat menyebabkan masalah ini dan menambah celah keamanan yang signifikan dalam sistem jaringan perusahaan.

Salah satu hal lain yang juga menjadi penyebab utama dari access creep adalah kebiasaan berbagai kredensial login atau kata sandi. Terkadang praktik ini dilakukan untuk memudahkan berbagai tugas sederhana atau proses IT yang rumit. Akan tetapi, praktik ini sangat berbahaya karena menghilangkan akuntabilitas dan visibilitas aktivitas pengguna.

Apa Saja Bahaya Privilege Creep?

Privilege accumulation dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan. Berikut ini adalah beberapa dampak dan bahaya utamanya:

Kebocoran Data

Bahaya utama dari ancaman siber ini adalah kebocoran data atau data breach. Semakin banyak pengguna yang memiliki hak akses berlebihan, maka penyerang siber memiliki attack surface yang semakin luas. Mereka dapat membobol salah satu akun dan mengakses lebih banyak data dan sistem dari yang seharusnya.

Insider Threat

Karyawan internal yang memiliki hak akses berlebihan dapat secara disengaja atau tidak menyalahgunakan akses tersebut untuk keuntungan pribadi atau tujuan jahat. Ancaman dari pihak internal ini tidak kalah berbahaya dari ancaman eksternal. Hal ini akan semakin sulit jika hak akses terlalu luas sehingga aktivitas mencurigakan dari insider akan semakin sulit dideteksi.

Pelanggaran Regulasi Data

Kedua dampak sebelumnya dapat mempengaruhi perusahaan dalam mematuhi regulasi dan peraturan terkait dengan standar keamanan data. Pelanggaran terhadap regulasi data dapat menyebabkan perusahaan dikenakan sanksi hukum, denda yang besar, dan kerusakan reputasi di mata pelanggan dan mitra bisnis.

Manajemen Akses yang Tidak Efisien

Secara umum, dampak dari privilege accumulation adalah manajemen akses dan operasional yang tidak efisien. Kekacauan dalam pengelolaan akses akan menyebabkan tim IT kesulitan untuk memantau siapa yang memiliki akses ke data atau sistem tertentu. Proses audit juga dapat menjadi semakin sulit dan memperparah masalah keamanan.

Bagaimana Cara Mencegah Privilege Creep?

Pencegahan privilege creep memerlukan langkah yang proaktif dan berkelanjutan dalam hal manajemen identitas dan akses. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diterapkan untuk bisa mencegah ancaman siber ini:

Menerapkan Prinsip Least Privilege

Prinsip least privilege merupakan prinsip yang menekankan bahwa setiap pengguna atau akun hanya boleh diberikan hak akses minimum yang benar-benar relevan untuk melaksanakan pekerjaan. Implementasi ini memerlukan pemahaman mendalam tentang peran dan tanggung jawab dari setiap pengguna. Serta diperlukan provisioning setiap akun pengguna baru dan evaluasi secara berkala.

Menerapkan Role-Based Control Access (RBAC)

Role-based control access (RBAC) adalah mekanisme kontrol akses yang mengelola akses berdasarkan peran pekerjaannya, bukan penggunanya. Hak akses akan dikelompokkan ke dalam peran-peran tertentu. Setelah itu, pengguna akan diberikan peran yang sesuai dengan jabatannya. Proses manajemen akses ini lebih sederhana karena administrator hanya perlu mengelola peran, bukan setiap penggunanya.

Audit Secara Berkala

Audit dan review berkala merupakan proses penting untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dan mengatasi privilege accumulation yang mungkin terjadi. Proses ini dapat dilakukan setidaknya setiap tiga atua enam bulan untuk memastikan setiap hak akses yang diberikan masih relevan dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pengguna.

Otomatisasi Pengelolaan Akses

Pengelolaan akses yang otomatis dapat menjadi kunci untuk mencegah ancaman siber ini secara efektif dan efisien, khususnya untuk perusahaan yang besar dan kompleks. Otomatisasi ini dapat diterapkan dengan solusi teknologi yang tepat, misalnya identity governance & administration (IGA). Dengan otomatisasi ini, perusahaan dapat memastikan hak akses diberikan dan dihapus secara tepat waktu sesuai dengan kebijakan keamanan yang berlaku.

Lindungi Keamanan Data Anda dengan Solusi Identity Governance & Administration (IGA) dari Aplikas Servis Pesona!

Untuk bisa mengamankan data dan sistem serta mencegah ancaman siber seperti privilege creep, perusahaan perlu menerapkan solusi keamanan yang tepat. Aplikasi Servis Pesona, sebagai perusahaan IT security yang berpengalaman, dapat menyediakan solusi identity governance & administration (IGA) terbaik untuk membantu Anda mengamankan hak akses pengguna.

Solusi IGA dari Aplikas Servis Pesona dapat menerapkan prinsip least privilege dan RBAC secara efektif. Selain itu, solusi IGA dari kami juga dapat mengotomatiskan proses provisioning dan de-provisioning. Perusahaan juga dapat melakukan review access secara berkala dengan visibilitas yang lengkap.

Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi IGA dari Aplikas Servis Pesona!

Editor: Irnadia Fardila

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *